Sudut Di Sebuah Coffee Shop

Keinginan untuk bisa menikmati Capucino telah menghantarkanku di sebuah Coffee Shop yang baru buka disebuah Mall. Tak ada yang spesial saat aku melihat Coffee Shop tersebut, tata ruang dan suasananya tak beda dengan Coffee Shop lain yang bertebaran di Jakarta. Capucino minuman kegemaranku pun tak kudapati rasa yang beda dengan Capucino yang aku minum di tempat lain. Tak apalah, toh masih harga promosi, setidaknya aku tidak merasa rugi harus menjatuhkan pilihanku kesini.

Dari sudut tempatku duduk di Coffee Shop ini, aku bisa melihat lalu lalang pengunjung Mall. Tak jarang aku mendapati orang-orang yang aku kenal jalan bersama keluarga, pacar, atau mungkin… selingkuhan! Tak terasa sudah dua jam waktu aku habiskan disini. Biasanya kalau lagi sendiri di Coffee Shop, aku akan langsung setelah minuman atau makanan yang aku pesan tandas. Tapi… entah kenapa aku merasa begitu nyaman duduk di tempat ini. Saat aku putuskan untuk pulang, ada sebuah kerinduan untuk bisa kembali lagi ke tempat ini.

Aku kembali lagi. Menjawab kerinduan yang pernah ada untuk kembali lagi di Coffee Shop ini. Aku memilih tempat yang berbeda dengan yang aku tempati kemarin. Dari tempat ini aku juga bisa menyaksikan para pengunjung Mall. Tapi… aku tidak merasa senyaman waktu aku duduk di sudut itu. Berhubung pengunjung masih sepi dan tempat itu masih kosong, aku memutuskan untuk pindah ke tempat itu. Benar saja, saat aku duduk, kenyamanan itu langsung hadir. Walau dalam kesendirian, aku merasa baik-baik saja, tanpa harus risih dengan tatapan pengunjung lainnya yang sepertinya iba melihatku sendirian. Sendiri tanpa teman atau pacar.

Aku seperti melihat bidadari turun dari kayangan di depanku. Cewek itu berjalan sendiri sambil tangannya menjinjing beberapa barang belanjaan. Sungguh sempurna Tuhan menciptakan hambaNya, sehingga segala yang ada pada diri cewek itu membuat aku kagum dan terpikat. Belum selesai aku mengagumi semua yang ada dalam diri cewek itu, tiba-tiba dia hilang tanpa aku tahu kemana arah perginya. Lenyap begitu saja.

***

Aku memutuskan mengajak teman-temanku ke Coffee Shop ini. Sayang seribu sayang, sudut favoritku sudah ditempati orang, sepasang muda mudi yang sedang jatuh cinta sepertinya. Tak masalah bagiku, karena aku akan menghabiskan waktu kali ini dengan teman-temanku, bukan sendiri. Kalaupun tempat itu sudah ditempati saat aku datang sendiri, aku memilih pulang daripada harus menempati tempat lain. Sama seperti pendapatku tentang Coffee Shop ini, teman-temanku juga bilang kalau Coffee Shop ini sama saja dengan Coffe Shop lain. Tapi tentu mereka tidak akan mendapatkan sesuatu yang pernah aku dapatkan di sudut Coffee shop ini.

Aku melihat cewek itu lagi! Tanpa memperdulikan teman-temanku yang lain, aku langsung keluar berusaha mengejar bidadari itu. Aku gagal! Lagi dan lagi aku kehilangan jejak cewek itu. Apa benar bahwa cewek yang aku lihat adalah sosok bidadari sungguhan? Yang bisa langsung menghilang begitu tahu ada seseorang yang berusaha mengejarnya. Entahlah…

Aku berfikir, mungkin harus ada pertemuan ketiga. Seperti kata orang-orang, jika pertama kali gagal, ada kesempatan ke dua, dan jika kesempatan ke dua juga gagal, masih ada kesempatan ke tiga. Tapi, jika kesempatan ke tiga juga gagal, aku harus melupakan semuanya. Aku masih optimis jika aku masih punya kesempatan ke tiga, kesempatan terakhir untuk bertemu dan mengenalnya. Jika kesempatan ketiga pun aku belum berhasil mengenalnya, aku harus melupakan bidadari itu.

Aku menjadi pribadi yang sedikit aneh akhir-akhir ini. Teman-temanku sering mendapati aku melamun sendiri, diajak bicara suka melantur, entah apalagi yang berubah dalam diriku sejak aku melihat cewek itu. Bayangan tentang dia selalu muncul dalam benakku. Berulang kali aku mengunjungi Coffee Shop itu, mengelilingi segala tempat yang ada di mall. Semua sia-sia! Dimanakah kau bidadariku?

Aku sudah merasa letih setelah berulang kali mengelilingi mall itu. Tanpa sengaja aku menabrak seseorang yang ada di depanku. Braakk…

“Maaf…, nggak sengaja,” pintaku padanya. Aku hanya melihat sekilas wajah cewek yang aku tabrak tadi. Cantik, menarik, dan sepertinya usianya tak jauh beda dariku. Aku sepertinya mengenali cewek itu, tapi aku tak tahu kapan dan dimana aku mengenalnya. Cewek itu pun berlalu meninggalkan aku yang masih berusaha mengingat-ingat akan sosok dia.

“Oh Tuhan, dia cewek yang selama ini aku cari,” gerutuku kesal karena terlambat menyadarinya. Langsung aku berlari kearah cewek itu pergi untuk segera menemukannya. Para pengunjung mall begitu ramai sehingga sulit aku menemukan cewek itu. Aku menyerah. Dengan berat hati, aku harus melupakannya. Mungkin ada cewek lain yang lebih menarik dari dia, yang Tuhan ciptakan untuk pasangan hidupku.

Coffee Shop itu kini jadi kenangan saat aku melihat dia. Walau telah memberi aku banyak kenyamanan, aku pantang untuk kesana lagi, karena Coffee Shop itu pasti selalu akan mengingatkanku pada cewek itu.

Gambarnya minjem di http://www.zazzle.com/coffee_house_post…36227387

14 pemikiran pada “Sudut Di Sebuah Coffee Shop

  1. wooww, itu pertemuan ketiganya om. pas nabrak. tapi sayangnya, si om malah kaga nyapa dia. sayang seribu sayang…

    cari yang lain deehh. kalo udah jodoh gak akan ke mana2. 😀


    #Hajier
    Namanya juga Love At The First Sight, jadi gak gampang buat melupakannya

  2. masih ada kesempatan ke-empat,
    klo ia berjodoh denganmu akan ada ‘jalur’ pertemuan lagi, entah di mall itu atau di tempat lain 🙂


    #Hajier
    Tunggu aja mas, apakah akan ada pertemuan ke empat, ke lima atau pertemuan-pertemuan selanjutnya

  3. Sang pengembara cinta menorehkan kisahnya (true or not?) dengan sangat apik..

    Mungkin dia bukan jodohmu mas… 🙂


    [asepsaiba]
    Ini cuma cerpen aja kok mas hehehe…….

  4. sabar mas ya. belum jodoh atau mungkin belum waktunya menjadi jodoh.

    eh omong2, ini kisah nyata atau ….

    [Hajier]
    Bukan, hanya sedang lagi pengen berfantasi 😛

  5. ini nih ini nih. hanya melihat doang, hanya jadi kenangan doang. bertindak bertindak!!! mau sampe kapan???? hahahahaha


    [Hajier]
    Hahahaha…Ayo bertindak!!!

Tinggalkan Balasan ke edda Batalkan balasan