Sang Bidadari

Postinganku kali ini akan bercerita tentang sesosok bidadari yang diturunkan Tuhan untukku. Bidadari ini tidak hanya menolong saat peristiwa itu terjadi, Bidadari ini juga memberiku semangat untuk menulis lagi -Gak ada hubungan sebenarnya dengan semangat tulis-menulisku. Tapi kalau dipikir-pikir ada juga lho hubungannya *Mbulet. Hubungannya ada, setelah sekian orang mendengarkan ceritaku, aku juga ingin mengenangnya dengan rangkaian kata agar suatu hari nanti aku masih teringat dengan kejadian itu. Kejadian dimana saat aku ditolong bidadari itu.

Mendengar kata Bidadari pasti yang ada dalam benak kita adalah seorang wanita yang cantik jelita. Bidadari yang aku temui bukanlah seperti itu. Bidadari yang aku temui adalah seorang ibu muda yang sepertinya sedang hamil *Terlihat dari perutnya yang buncit.  Mengapa sampai aku memanggilnya dengan sebutan bidadari? Tak lain dan tak bukan adalah karena kebaikan hatinya yang seperti seorang bidadari.

Cerita ini terjadi bulan Oktober kemaren saat aku berkesempatan cuti untuk pulang kampung ke kampungnya Ortu di Pati, Jawa Tengah. Kebetulan disana masih ada keluarga besar dari Ayah, jadi seklian silaturahmi setelah 5 tahun gak kesana. Sengaja gak menghubungi keluarga disana karena niatnya bikin kejutan -Tiba-tiba keponakannya yang jauh dari Sumatera nongol di depan rumah. Untuk perjalanan kesana aku gak perlu tanya sana-sini karena sudah hapal diluar kepala. Kebetulan selama kuliah dulu sudah sering mondar-mandir disana. Perubahan disana-sini pasti ada secara 5 tahun sudah aku gak pernah kesini. Tapi untuk tahu rumah sang Nenek –adiknya nenek- gak begitu sulit. Dari Terminal Pati naik bis tujuan Purwodadi dan turun di dekan SMP N 2 Kayen. Nyampe deh.

 Rumah nenekku berada di desa yang jaraknya sekitar 2 km dari jalan besar yang dilalui bis yang aku naiki tadi. Untuk kesana biasanya ada ojek yang mangkal di jalan masuk desa. Tapi, berhubung saat itu sudah masuk waktu magrib, jadinya sudah tak ada lagi tukang ojek yang mangkal disana. Tapi aku masih tenang saja secara ada rumah anak dari sang nenek –Bibi, aku manggilnya- berada di dekat jalan besar itu. Jadinya aku bisa mampir kesana dulu lalu diantar ke rumah nenek. Seperti itu lah yang biasa aku lakukan saat tidak menemukan tukang ojek di pinggir jalan. Tapi sialnya, berulang kali aku ketuk rumah bibi tersebut tak ada jawaban dari dalam. Ya sudahlah, terpaksa aku harus jalan kaki masuk ke desa itu. Berharap sembari jalan masih ada tukang ojek yang lewat. Dekat juga gitu jaraknya. Saat aku pikir jaraknya dekat, aku gak pernah tahu kalau jaraknya ada sekitar 2 km. Maklum saja, selama ini aku melalui jalan itu dengan sepeda motor, jadi mungkin terlihat dekat, padahal jauh.

 Ternyata ojek yang ditunggu tak juga muncul. Yang muncul adalah seorang ibu muda hamil yang menghampiriku dengan sepeda motornya. Mau kemana mas? Tanyanya. Aku jawab pertanyaan Ibu itu. Sang Ibu muda pun menimpali dan menerangkan padaku kalau tempat tujuanku masih jauh. Apalagi ini sudah masuk waktu magrib. Akhirnya beliau menawariku untuk menumpang sepeda motornya. Sebenarnya gak enak hati menumpang motornya. Cuma karena memang sudah masuk waktu magrib dan capek juga perjalanan 7 jam dari Jombang di dalam bis, terpaksa akhirnya aku terima tawaran sang Ibu muda. Obrolan-obrolan kecil terjadi saat perjalanan menuju rumah sang nenek. Dan akhirnya sampailah aku di rumah sang nenek.

Sesampai di rumah nenek, aku lalu menceritakan kejadiannya tadi. Alhamdulillah ada orang baik yang mau mengantar, ujarnya padaku. Tapi sayang seribu sayang, aku tak sempat menanyakan siapa nama Ibu muda yang sedang hamil tersebut. Di perjalanan bersamanya tadi aku masih kaget bercampur kagum pada sosok yang memboncengku, jadi aku tak sempat bertanya banyak padanya. Yang membuatku lebih kagum adalah, bukan Ibu muda itu yang aku lihat saat melintasi jalan desa. Sudah ada beberapa motor bahkan mobil yang melewatiku. Tapi semuanya berjalan saja, tanpa mau menawariku untuk ikut dengannya. Tapi malah sang Ibu Hamil itu yang mengajakku untuk ikut dengannya. Luar biasa. Jadi, pantas kan kalau aku menyebut sang Ibu muda hamil itu sesosok bidadari?

 Yang membuat aku terkesan dan mau ingin mempostingnya di blog ini adalah, ternyata masih ada orang-orang di negeri ini yang mau menolong orang lain –yang tak dikenal sekalipun- tanpa mengharapkan apapun. Aku terenyuh sekali.  Aku pikir itu hanya ada di cerita-cerita orangg saja atau hanya ada di program tv, Tolong. Ternyata ini nyata. Dan aku adalah pihak yang ditolong.

Pengalaman ini pun pernah aku ceritakan ke teman-teman sebagai topik obrolan kami saat itu. Ternyata banyak juga teman-teman yang mempunyai pengalaman seperti yang aku rasakan walau dengan cara yang berbeda. Salah seorang teman berpendapat bahwa itu adalah karma karena mungkin kita atau keluarga kita pernah juga menolong orang tanpa pamrih.Sehingga perbuatan kita dibalas dengan kebaikan juga.

Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.  
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah, dia akan melihat (balasan)nya. (QS. Al Zalzalah 7-8)

5 pemikiran pada “Sang Bidadari

Tinggalkan komentar